Site menu
Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0
Kalendar
«  October 2010  »
SuMoTuWeThFrSa
     12
3456789
10111213141516
17181920212223
24252627282930
31
Arsip aku
Site friends
  • http://renolasa.blogspot.com/
  • http://moerjaeni.do.am/
  • http://elsend.my1.ru/
  • Search



    Saturday, 2024-05-18, 8:00 PM
    Welcome Guest | RSS
    Main | Log out | Login
          Site
    Main » 2010 » October » 19 » KUMPULAN PUISI Karya kahlil Gibran,..Bag 2
    5:37 AM
    KUMPULAN PUISI Karya kahlil Gibran,..Bag 2









    -KARYA KAHLIL GIBRAN-

    PERJAMUAN JIWA

     

    BANGUNLAH, Cintaku.

    Bangun!

    Karena jiwaku mengalu-alumu dari dasar laut,

    dan menawarkan padamu sayap-sayap di atas gelombang yang mengamuk Bangunlah,

    karena sunyi telah menghentikan derap kaki kuda dan langkah para pejalan kaki.
    Rasa kantuk telah memeluk roh setiap laki-laki, sementara aku terbangun sendiri,

    rasa rindu membukakan kertas surat tidurku.

    Cinta membawaku dekat denganmu, namun kebimbangan melemparkan diriku menjauh darimu.
    Aku telah membuang bukuku,

    karena keluhku mengunci kata-kata dan desah nafasku meninggalkan tempat tidurku,

    Cintaku,

    kerana takut pada hantu lupa yang berada di balik selimut.

    Aku telah membuang bukuku,

    karena keluhku mengunci kata-kata dan desah nafasku meninggalkan halaman buku yang kosong di depan mataku! Bangun,

    bangunlah,

    Cintaku dan dengar diriku!

    Aku mendengarkanmu,

    Cintaku!

    Aku mendengar panggilanmu dari lautan lepas dan merasakan lembutnya sentuhan sayapmu. Aku telah jauh dari ranjangku,

    beranjak ke tanah lapang, hingga embun membasahi kaki dan bajuku.

    Di sinilah aku berdiri,

    dibawah bunga-bunga pohon badam,

    memenuhi panggilan jiwamu.
    Bicaralah padaku,

    Cintaku,

    dan biarkan nafasmu menghirup angin gunung yang datang padaku dari lembah-lembah Lebanon.

    Bicaralah.

    Tak ada yang akan mendengar selain diriku.

    Malam telah melarutkan semua manusia ditempat tidurnya.

    Syurga telah menyulam cahaya rembulan dan menghamparkannya ke seluruh daratan Lebanon,

    Cintaku.

    Syurga telah meriasnya dengan bayangan malam,

    jubah tebal membentang dihembus asap dari cerobong kain,

    dihembus nafas kemari, dan mengelarnya di telapak kota,

    Cintaku.
    Para penduduk telah pulas menganyam mimpi di ubun-ubunnya di tengah pohon-pohon kenari. Jiwa mereka mempercepatkan langkah mengejar negeri mimpi,

    Cintaku.

    Lelaki-lelaki longlai menggendong emas,

    dan tebing curam yang akan dilalui melemaskan lutut mereka.

    Mata mereka mengantuk karena dililit kesulitan dan ketakutan.

    Mereka melemparkan tubuh ke tempat tidur sebagai tempat berlindung dari hantu-hantu yang menakutkan dan mengerikan,

    Cintaku.

    Hantu-hantu dari masa lalu berkeliaran di lembah-lembah.

    Jiwa para raja melintasi bukit-bukit.

    Fikiranku yang berhias kenangan menyingkap kekuatan bangsa Chaldea,

    kemegahan Arab.
    Di lorong-lorong gelap,

    jiwa-jiwa pencuri yang tegap berjalan,

    muncung-muncung nafsu ular berbisa muncul dari celah-celah benteng,

    dan rasa sakit berdengung kematian,

    muntah-muntah sepanjang jalan.

    Kenangan menyingkap tabir kelupaan dari mataku dan nampaklah Sodom yang menjijikkan, serta dosa-dosa Gomorah.
    Ranting-ranting berayun-ayun,

    Cintaku,

    dan desirnya bertemu dengan alunan anak sungai di lembah.

    Syair-syair Sulaiman,

    nada kecapi Daud dan lagu Ishak Al-Mausaili terngiang-ngiang di telinga kami.

    Jiwa anak-anak yang lapar di penginapan menggelupur,

    ibunya mengeluh di atas kamar kesedihan,

    dan kekecewaan telah jatuh dari langit.

    Mimpi-mimpi kebimbangan melanda hati yang lemah.

    Aku mendengar rintihan pahitnya.

    Semerbak bunga melambai seiring nafas pohon-pohon cedar.

    Terbawa angin sepoi-sepoi menuju perbukitan,

    harum itu mengisi jiwa dengan kasih sayang dan meniupkan kerinduan untuk terbang.
    Tetapi racun dari rawa-rawa jug berkelana mengepul bersama penyakit.

    Seperti panah rahsia yang tajam,

    racun itu telah menembusi perasaan dan meracuni udara.

    Tanpa kusedari matahari telah mengilaukan cahaya pagi,

    Cintaku,

    dan jari-jari timur yang lentik menimang mata-mata orang yang terlelap.

    Cahaya itu memaksa mereka untuk membuka daun jendela dan menyelak hati dan kemenangan.

    Desa-desa,

    yang sedang tertidur dalam damai dan tenang di pundak-pundak lembah,

    bangun,

    loceng-loceng berdenting memenuhi angkasa sebagai panggilan untuk mula berdoa.

    Dan dari gua-gua,

    gema-gema juga berdengung,

    seolah-olah seluruh alam sedang berdoa bersama-sama dengan khusyuknya.

    Anak-anak sapi telah keluar dari kandangnya,

    biri-biri dan kambing meninggalkan bangsalnya untuk menuai rumput yang berembun dan berkilatan cahaya.

    Penggembalanya mengikuti dari belakang sambil mengamatinya di balik lelalang.

    Di belakangnya lagi gadis-gadis bernyanyi seperti burung menyambut pagi.

    Kini tangan siang hari yang perkasa terbaring di atas kota.

    Tirai telah diselak dari jendela dan pintu pun terbuka.

    Mata yang penat dan wajah lesu para penjahit telah siap di tempat kerjanya.

    Mereka merasakan kematian telah melanggar batas kehidupan mereka,

    dan riak muka yang layu mempamerkan ketakutan dan kekecewaan.

    Di jalanan padat dengan jiwa-jiwa yang tamak dan tergesa-gesa,

    dan di mana-mana terdengar desingan besi,

    pusingan roda dan siulan angin.

    Kota telah menjadi arena pertempuran di mana yang kuat menindas yang lemah dan si kaya mengeksploitasi dan menguasai si miskin.

    Betapa indah hidup ini,

    Cintaku,

    seperti hati penyair yang penuh dengan cahaya dan kelembutan hati.

    Dan betapa kerasnya hidup ini,

    Cintaku,

    seperti dada penjahat, yang berdebar-debar karena selalu merasa bimbang dan takut

     

     


    ALAM & MANUSIA


    Aku mendengar anak sungai merintih bagai seorang janda yang menangis meratapi kematian anaknya dan aku kemudian bertanya,

    "Mengapa engkau menangis, sungaiku yang jernih?'

    Dan sungai itu menjawab,

    'Sebab aku dipaksa mengalir ke kota tempat Manusia merendahkan dan mensia-siakan diriku dan menjadikanku minuman-minuman keras dan mereka memperalatkanku bagai pembersih sampah,

    meracuni kemurnianku dan mengubah sifat-sifatku yang baik menjadi sifat-sifat buruk."
    Dan aku mendengar burung-burung menangis,

    dan aku bertanya,

    "Mengapa engkau menangis, burung-burungku yang cantik?"
    Dan salah satu dari burung itu terbang mendekatiku,

    dan hinggap di hujung sebuah cabang pohon dan berkata,

    "Anak-anak Adam akan segera datang di ladang ini dengan membawa senjata-senjata pembunuh dan menyerang kami seolah-olah kami adalah musuhnya.

    Kami sekarang terpisah di antara satu sama yang lain,

    sebab kami tidak tahu siapa di antara kami yang bisa selamat dari kejahatan Manusia.

    Ajal memburu kami ke mana pun kami pergi.

    "Kini, matahari terbit dari balik puncak pergunungan, dan menyinari puncak-puncak pepohonan dengan rona mahkota.

    Kupandangi keindahan ini dan aku bertanya kepada diriku sendiri,

    'Mengapa Manusia mesti menghancurkan segala karya yang telah diciptakan oleh alam?'

     

     


    KEINDAHAN


    Keindahan menjadi milik usia muda,

    tapi keremajaan yang untuknya dunia ini diciptakan tidak lebih dari sekadar mimpi yang manisnya diperhamba oleh kebutaan yang menghilangkan kesedaran.

    Akankah hari itu datang, ketika orang-orang bijak menyatukan kemanisan masa muda dan kenikmatan pengetahuan?

    Sebab masing-masing hanyalah kosong bila hanya sendirian.

    Akankah hari itu datang ketika alam menjadi guru yang mengajar manusia, dan kemanusiaan menjadi buku bacaan sedangkan kehidupan adalah sekolah sehari-hari?

    Hasrat masa muda akan kesenangan-kenikmatan tidak terlalu menuntut tanggung jawab -hanya akan terpenuhi bila fajar telah menyelak kegelapan hari.

    Banyak lelaki yang tenggelam dalam keasyikan hari-hari masa muda yang mati dan beku;

    banyak perempuan yang menyesali dan mengutuk tahun-tahun tak berguna mereka seperti raungan singa betina yang kehilangan anak;

    dan banyak para pemuda dan pemudi yang menggunakan hati mereka sekadar sebagai alat penggali kenangan pahit masa depan,

    melukai diri melalui kebodohan dengan anak panah yang tajam dan beracun kerana kehilangan kebahagiaan.Usia tua adalah permukaan kulit bumi;

    ia harus,

    melalui cahaya dan kebenaran,

    memberikan kehangatan bagi benih-benih masa muda yangada dibawahnya, melindungi dan memenuhi keperluan mereka hingga Nisan datang dan menyempurnakan kehidupan masa muda yang sedang tumbuh dengan kebangkitan baru
    Kita berjalan terlalu lambat ke arah kebangkitan spiritual,

    dan perjalanan itu seluas angkasa tanpa batas, sebagai pemahaman keindahan kewujudan melaluirasa kasih dan cinta kepada keindahan tersebut

     

     


    NASIHAT JIWAKU


    Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku agar mencintai semua orang yang membenciku,

    Dan berteman dengan mereka yang memfitnahku.
    Jiwaku menasihatiku dan mengungkapkan kepadaku bahawa cinta tidak hanya menghargai orang yang mencintai, tetapi juga orang yang dicintai.
    Sejak saat itu bagiku cinta ibarat jaring lelabah di antara dua bunga, dekat satu sama lain;

    Tapi kini dia menjadi suatu lingkaran cahaya di sekeliling matahari yang tiada berawal pun tiada berakhir, Melingkari semua yang ada, dan bertambah secara kekal.
    Jiwaku menasihatiku dan mengajarku agar melihat kecantikan yang ada di sebalik bentuk dan warna.

    Jiwaku memintaku untuk menatap semua yang buruk dengan tabah sampai nampaklah keelokannya.

    Sesungguhnya sebelum jiwaku meminta dan menasihatiku,

    Aku melihat keindahan seperti titik api yang tergulung asap;

    tapi sekarang asap itu telah tersebar dan menghilang, dan aku hanya melihat api yang membakar.

    Jiwaku menasihatiku dan memintaku untuk mendengar suara yang keluar bukan dari lidah maupun dari tenggorokan.

    Sebelumnya aku hanya mendengar teriakan dan jeritan di telingaku yang bodoh dan sia-sia.

    Tapi sekarang aku belajar mendengar keheningan,Yang bergema dan melantunkan lagu dari zaman ke zaman.

    Menyanyikan nada langit, dan menyingkap tabir rahasia keabadiaan..

    Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku agar memuaskan kehausanku dengan meminum anggur yang tak dituangkan ke dalam cangkir-cangkir,

    Yang belum terangkat oleh tangan, dan tak tersentuh oleh bibir Hingga hari itu kehausanku seperti nyala redup yang terkubur dalam abu.

    Tertiup angin dingin dari musim-musim bunga;

    Tapi sekarang kerinduan menjadi cangkirku,

    Cinta menjadi anggurku, dan kesendirian adalah kebahagianku.Jiwaku menasihatiku dan memintaku mencari yang tak dapat dilihat;

    Dan jiwaku menyingkapkan kepadaku bahwa apa yang kita sentuh adalah apa yang kita impikan.

    Jiwaku mengatakan padaku dan mengundangku untuk menghirup harum tumbuhan yang tak memiliki akar, tangkai maupun bunga,

    dan yang tak pernah dapat dilihat mata.

    Sebelum jiwaku menasihati, aku mencari bau harum dalam kebun-kebun, Dalam botol minyak wangi tumbuhan-tumbuhan dan bejana dupa;

    Tapi sekarang aku menyedari hanya pada dupa yang tak dibakar,

    Aku mencium udara lebih harum dari semua kebun-kebun di dunia ini dan semua angin di angkasa raya.

    Jiwaku menasihatiku dan memintaku agar tidak merasa muliakerana pujian Dan agar tidak disusahkan oleh ketakutan kerana cacian.

    Sampai hari ini aku berasa ragu akan nilai pekerjaanku;

    Tapi sekarang aku belajar;

    Bahwa pohon berbunga di musim bunga, dan berbuah di musim panas Dan menggugurkan daun-daunnya di musim gugur untuk menjadi benar-benar telanjang di musim dingin.

    Tanpa merasa mulia dan tanpa ketakutan atau tanpa rasa malu.

    Jiwaku menasihatiku dan meyakinkanku Bahawa aku tak lebih tinggi berbanding cebol ataupun tak lebih rendah berbanding raksasa.

    Sebelumnya aku melihat manusia ada dua,

    Seorang yang lemah yang aku caci atau kukasihani, Dan seorang yang kuat yang kuikuti, maupun yang kulawandalam pemberontakan.

    Tapi sekarang aku tahu bahwa aku bahkan dibentuk oleh tanahyang sama darimana semua manusia diciptakan.

    Bahwa unsur-unsurku adalah unsur-unsur mereka, dan pengembaraan mereka adalah juga milikku.

    Bila mereka melanggar aku juga pelanggar,

    Dan bila mereka berbuat baik, maka aku juga bersama perbuatan baik mereka.

    Bila mereka bangkit, aku juga bangkit bersama mereka;

    Bila mereka tinggal di belakang, aku juga menemani mereka.

    Jiwaku menasihatiku dan memerintahku untuk melihat bahwa cahaya yang kubawa bukanlah cahayaku,

    Bahwa laguku tidak diciptakan dalam diriku; Karena meski aku berjalan dengan cahaya, aku bukanlah cahaya,

    Dan meskipun aku bermain kecapi yang diikat kemas oleh dawai-dawaiku, Aku bukanlah pemain kecapi.
    Jiwaku menasihatiku dan mengingatkanku untuk mengukur waktu dengan perkataan ini:

    "Di sana ada hari semalam dan di sana ada hari esok.

    " Pada saat itu aku menganggap masa lampau sebuah zaman yang lenyap dan akan dilupakan, Dan masa depan kuanggap suatu masa yang tak bisa kucapai;

    Tapi kini aku terdidik perkara ini :

    Bahawa dalam keseluruhan waktu masa kini yang singkat, serta semua yang ada dalam waktu, Harus diraih sampai dapat.

    Jiwaku menasihatiku, saudaraku, dan menerangiku.

    Dan seringkali jiwamu menasihati dan menerangimu.

    Karena engkau seperti diriku, dan tak ada beda di antara kita.

    Kusimpan apa yang kukatakan dalam diriku ini dalam kata-kata yang kudengar dalam heningku,

    Dan engkau jagalah apa yang ada di dalam dirimu, dan engkau adalah penjaga yang sama baiknya seperti yang kukatakan ini.

     

     


    LAGU OMBAK

     

    Pantai yang perkasa adalah kekasihku,

    Dan aku adalah kekasihnya,

    Akhirnya kami dipertautkan oleh cinta,

    Namun kemudian Bulan menjarakkan aku darinya.

    Kupergi padanya dengan cepat Lalu berpisah dengan berat hati.

    Membisikkan selamat tinggal berulang kali.

    Aku segera bergerak diam-diam Dari balik kebiruan cakrawala

    Untuk mengayunkan sinar keperakan buihku

    Ke pangkuan keemasan pasirnya

    Dan kami berpadu dalam aduan terindah.
    Aku lepaskan kehausannya

    Dan nafasku memenuhi segenap relung hatinya

    Dia melembutkankan suaraku dan mereda gelora di dada.

    Kala fajar tiba, kuucapkan prinsip cinta di telinganya, dan dia memelukku penuh damba

    Di terik siang kunyanyikan dia lagu harapan

    Diiringi kecupan-kecupan kasih sayang

    Gerakku pantas diwarnai kebimbangan

    Sedangkan dia tetap sabar dan tenang.

    Dadanya yang bidang meneduhkan kegelisahan

    Kala air pasang kami saling memeluk

    Kala surut aku berlutut menjamah kakinya

    Memanjatkan doa Seribu sayang, aku selalu berjaga sendiri

    Menyusut kekuatanku.

    Tetapi aku pemuja cinta,

    Dan kebenaran cinta itu sendiri perkasa,

    Mungkin kelelahan akan menimpaku,

    Namun tiada aku bakal binasa.

     

     


    SETETES AIRMATA DAN SEULAS SENYUMAN


    Takkan ku tukar duka cita hatiku demi kebahagiaan khalayak.

    Dan, takkan kutumpahkan air mata kesedihan yang mengalir dari tiap bahagian diriku berubah menjadi gelak tawa.

    Kuingin diriku tetaplah setitis air mata dan seulas senyuman.

    Setitis airmata yang menyucikan hatiku dan memberiku pemahaman rahasia kehidupan dan hal awal yang tersembunyi.

    Seulas senyuman menarikku dekat kepada putera kesayanganku dan menjelma sebuah lambang pemujaan kepada tuhan.

    Setitis airmata meyatukanku dengan mereka yang patah hati;

    Seulas senyum menjadi sebuah tanda kebahagiaanku dalam kewujudan.

    Aku merasa lebih baik jika aku mati dalam hasrat dan kerinduan berbanding jika aku hidup menjemukan dan putus asa.

    Aku bersedia kelaparan demi cinta dan keindahan yang ada di dasar jiwaku setelah kusaksikan mereka yang dimanjakan amat menyusahkan orang.

    Telah kudengar keluhan mereka dalam hasrat kerinduan dan itu lebih manis daripada melodi yang termanis.

    Ketika malam tiba bunga menguncupkan kelopak dan tidur, memeluk kerinduannya.

    tatkala pagi menghampiri, ia membuka bibirnya demi menyambut ciuman matahari.

    Kehidupan sekuntum bunga sama dengan kerinduan dan pengabulan.

    Setitis airmata dan seulas senyuman.

    Air laut menjadi uap dan naik menjelma menjadi segumpal mega.

    Awan terapung di atas pergunungan dan lembah ngarai hingga berjumpa angin sepoi bahasa, jatuh bercucuran ke padang-padang lalu bergabung bersama aliran sungai dan kembali ke laut, rumahnya.Kehidupan awan-gemawan itu adalah sesuatu perpisahan dan pertemuan.

    Bagai setitis airmata seulas senyuman.

    Dan, kemudian jiwa jadi terpisahkan dari jiwa yang lebih besar, bergerak di dunia zat melintas bagai segumpal mega diatas pergunungan dukacita dan dataran kebahagiaan.

    Menuju samudera cinta dan keindahan - kepada Tuhan.

    Views: 1401 | Added by: Trilasareno | Rating: 0.0/0
    Total comments: 1
    1 anti  
    0
    (y)

    Name *:
    Email *:
    Code *:
    THANK'S TEMAN...........
    Free web hostinguCoz